Rabu, 26 April 2017

LANDORUNDUN (Cerita Rakyat Sulawesi Selatan)

                   Dahulu kala ada seorang gadis yang cantik dan memiliki rambut yang sangat panjang. Gadis tersebut bernama Landorundun. Pada suatu hari, Landorundun pergi mandi di sungai Sa’dan di dekat Rantepao ( Toraja bagian Utara ). Setelah selesai mandi, ia naik ke atas sebuah batu besar yang ada di tengah sungai. Ia menjemur badan sambil menyisir rambutnya yang sangat panjang. Rambutnya rontok, tidak ia buang melainkan ia gulung dan diletakkan di atas batu. Tiba- tiba air sedikit meluap ke atas batu dan rambut Landorundun yang rontok dan telah digulung terbaa air. Ia berusaha meraih rambut itu namun karena derasnya air sungai, rambut itu tidak bisa ia dapatkan. Landorundun sangat kecewa dan sedih.

                   Suatu ketika, seorang nelayan Bugis namanya Beddurana sedang bersantai di atas perahu kayunya di tepi pantai. Saat itu, Beddurana melihat ada benda aneh di tengah laut. Beddurana kaget karena benda itu meski sangat kecil namun kilauannya dapat dilihat dari jarak yang sangat jauh dari pantai. Ia sangat tertarik terhadap benda aneh itu, lalu menyuruh ketiga anak buahnya yang sakti- sakti untuk mengambil benda tersebut. Namun apa yang terjadi, ketiga anak buahnya tidak dapat mengambil benda itu.

                   Beddurana heran dan kesal dengan kejadian ini. Maka ia sendirian langsung mengambil benda tersebut. Pada saat Beddurana akan mengambil, terjadi keajaiban, ia bisa berjalan di atas air dan kakinya sama sekali tidak basah. Benda itu berhasil diraihnya, dan setelah di bawa ke pantai dan diamati baik-baik, ternyata benda itu adalah gulungan rambut wanita yang sangat panjang. Beddurana melilitkan rambut tersebut di badannya. Setelah sampai lilitan ke tujuh, rambut tersebut masih tersisa tujuh depa dan sepuluh jengkal. Beddurana sangat heran menyaksikan rambut sepanjang itu.

                   Dalam keadaan heran Bedurana menengadah ke langit. Tiba- tiba di balik awan, muncullah serombongan burung Kalupppini (Walet). Beddurana mengamati burung- burung tersebut dan saat itu burung- burung memberi petunjuk kepada Beddurana akan pemilik rambut panjang yang ajaib itu. Burung- burung itu terbang menuju utara sambil menyusur Sungai Sa’dan. Beddurana yang telah mendapat petunjuk, ikut menuju utara dengan perahu kayunya. Berhari- hari burung itu bersama Beddurana menyusuri sungai. Menjelang hulu sungai Beddurana kehilangan jejak sebab burung- burunng itu terbang lebih cepat. Namun burung-burung itu menghampiri Beddurana  dan kembali memberi petunjuk. Setelah sampai di Tikala, ia menyandarkan perahunya dan menanam sebuah pohon mangga.

                   Sesudah itu, Beddurana melanjutkan perjalanan sampai  di sebuah tempat namanya “Bubun Batu” (Sumur Batu ).Di tempat itu Beddurana berjumpa dengan Landorundun. Dalam perjumpaan itu Landorundun bertanya “Apa gerangan yang mendorong kamu berlayar sampai di sini ? Adakah engkaku memmberi piutang dan sekarang datang menagih?
Lalu Beddurana menjawab,” Saya tidak berpiutang, pada siapapun. Aku kemari hendak menyampaikan rambut ajaib milik sang putrid. Aku terkesan, aku tertarik hendak mempersunting sang bidadari.”
Dan Landorundun berkata,”Tiada guna, tiada manfaat kau mendekati aku! Ibu belum rela aku meninggalkan negeri ini. Berpisah menuju Negeri Bone asal-usulmu!

                   Setelah mendengar jawaban itu, Beddurana sangat kecewa berat. Lalu ia turun dari perahu dan pergi menanam mangga ajaib di dekat tempat tinggal Landorundun. Mangga itu dalam beberapa hari saja sudah berbuah lebat. Suatu hari Landorundun hendak turun sungai untuk mandi. Saat itu Landorundun tergiur melihat mangga Beddurana yang sudah mulai masak. Landorundun tidak menyangka jika diintip Beddurana. Tidak lama setelah Landorundun mengambil buah mangga itu, tiba- tiba Beddurana muncul di dekat pohon mangga dan berpura-pura menghitung buah mangganya.

                   Lalu ia menyindir Landorundung yang telah memetik buah mangganya tetapi Landorundun menyangkal dan berkata bahwa mangga tersebut disantap penggembala dan di makan binatang malam. Mendengar jawaban Landorundun, Beddurana mengumpulkan dan menanyakan ke anak gembala “kami tidak mengambil mangga, Tuan ! Tanyalah pada perempuan itu. Dia baru saja kami lihat memetik beberapa buah,” jawab anak gembala itu.

                   Setelah mendengar kesaksian anak gembala itu akhirnya Landorundun mengaku. “Akulah yang sebenarnya mengambil mangga itu, karena itu terserah padamu hukuman apa yang harus aku terima.”
“Aku tidak akan menghukum, tetapi aku harapkan hari ini kita berangkat ke Bone, negeri asal-usulku. Kau akan saya jadikan istri”.
                   Karena Beddurana sudah tahu, Landorundun tidak mungkin berangkat bila diketahui orang tuanya, maka ia memperdaya Ibu Landorundun. Ia memainkan alat music kecapi yang dibawanya dari negeri Bugis sambil bernyanyi merdu. Saat mendengar bunyi kecapi itu, Ibu Landorundun tertidur pulas. Saat itulah, Beddurana berhasil melarikan Landorundun.

                   Saat ibu Landorundun terbangun, ia baru sadar kalau telah diperdaya Beddurana. Landorundun telah menghilang. Ibu itu hanya pasrah pada Yang Maha Kuasa. Ia tidak mungkin lagi mengejar Putri kesayanganya. Ia hanya berdoa, mudah-mudahan anaknya selamat dan kelak bisa kembali dalam keadaan sehat. Sesampainya di Bone, Landorundun selalu merenung dan ingin kembali ke Toraja. Sampai di pernikahan,Landorundun kelihatan murung terus. Untuk itulah penduduk setempat berusaha membuat ulah dengan membawa seekor burung gagak ke halaman rumah. Burung gagak itu jalannya pincang sebab kakinya telah dipotong.

Melihat peristiwa itu kemudian Landorundun tertawa kegirangan. Mulai saat itulah, Landorundun merasa bahagia hidup di negeri orang bersama Beddurana suaminya. Ia pun membawa ibunya ke negeri Bone.Di sana Ibu Landorundun merasa berbahagia pula sebab diterima dengan sangat baik oleh keluarga Beddurana. Mulai saat itu, terjadi hubungan yang sangat harmonis antara keluarga Beddurana dan keluarha Landorundun di Toraja.

                   Kegigihan dan ketekunan dalam mempertahankan cinta  Beddurana terhadap isterinya Landorundun  sangat luar biasa. Hasilnya adalah kedua belah pihak keluarga menjadi harmonis.


Lokasi: Makassar, Makassar City, South Sulawesi, Indonesia

0 komentar :

Posting Komentar